Articles by "Nasional"
Showing posts with label Nasional. Show all posts


Semarang, Santrionline
Aktivis cyber Aswaja Kota Semarang berkumpul di auditorium perpustakaan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jumat (30/12). Mereka menyayangkan pelbagai kekerasan di dunia sosial dan konten hoax. Mereka membahas bagaimana menyikapi hal tersebut yang merebak di dunia maya.

Mereka dengan pertemuan kali ini akhirnya membuat kesepakatan untuk mengimbangi peredaran situs penyebar hoax dengan konten-konten yang menyejukkan.

Agus Fathuddin Yusuf memberikan pengantar bahwa, sekarang kita sudah bisa membuat media sendiri. Kita bisa memproduksi berita, fotografi, bahkan pemilik media itu sendiri. Ia mengajak peserta untuk melihat media sosial sekarang ini. Dari sini kita dengan mudah menyebarkan berita yang kadang abai terhadap proses verifikasi, cek dan ricek serta keberimbangan.

Pembicara lain Hasan Habibie yang mewakili Pustekkom Kemendikbud mendorong pada peserta workshop untuk memperbanyak konten yang menyejukkan dan Islam rahmatan lil alamin. Semangat pemuda ini harus terus dikobarkan menyuarakan hal-hal yang memberikan informasi positif untuk menjaga keharmosian kehidupan. Berita hoax yang selama ini mengganggu kenyamanan harus kita kurangi bersama.

Kalau kita menyebarkan berita harus memiliki etika islami. Kita bisa meniru sifat nabi mulai dari shiddiq, amanah, tabligh, dan dan fathanah. Selain itu, kita bisa menggali etika-etika yang lain dari ulama-kiai sebagai adab dalam menyebarkan informasi pada publik.

"Banyak ayat yang menginspirasi kita untuk melakukan verifikasi, salah satunya ayat 6 surat al-Hujurat," kata Wakil Ketua PCNU Kota Semarang yang juga aktif sebagai Wakil Ketua MAJT Agus Fathuddin.

Agus berharap jaringan yang terbentuk kali ini mampu mewarnai dunia maya menggunakan konten yang sejuk, damai, dan ramah. Kegiatan ini diinisiasi Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia NU Kota Semarang bekerja sama dengan Pustekkom Kemendikbud sebagai bagian penguatan pemuda Kota Semarang. (Zulfa/Alhafiz K)

Jakarta, Santrionline

Ideologi transnasional yang bersifat ekstrim-radikal semakin menguat seiring perkembangan teknologi informasi lewat media sosial sebagai instrumen penyebarannya. Terbukti dengan tindakan intoleransi dan terorisme yang terjadi di beberapa waktu lalu di Indonesia.

Hal tersebut menjadi pembicaraan serius antara Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Presiden RI Joko Widodo, Rabu (11/1) di Istana Negara Jakarta. Kiai Said dijamu makan siang oleh Jokowi sembari membicarakan kondisi terkini bangsa dan negara. Obrolan berlangsung santai dan penuh keakraban.

Kepada Kiai Said, Jokowi mengemukakan beberapa persoalan terkait radikalisme dan intoleransi yang kerap kali dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan tujuan merapuhkan pondasi kebangsaan yang selama ini telah terjalin kuat.

“Presiden menyampaikan, bagaimana caranya untuk menangkal itu semua. Saya jawab, pertama faktor pemahaman agama yang kurang sempurna, dangkal, dan tidak mendalam” jelas Kiai Said kepada NU Online.

Maka, menurut Doktor lulusan Universitas Ummul Qurra Mekkah ini, langkah jangka panjang dalam sudut pandang pendidikan Islam yaitu dengan meneguhkan pendidikan pesantren. Lewat pemahaman kurikulum Islam ramah dan moderat, hal ini juga bisa diterapkan di sekolah dan madrasah.

“Kurikulum merupakan langkah jangka panjang untuk memahamkan generasi muda akan sejarah dan lahirnya NKRI ini. Juga menegakkan kembali pendidikan Pancasila,” terang Guru Besar Ilmu Tasawuf ini.

Sedangkan langkah jangka pendek, menurutnya, mengisi masjid dan musholla dengan pengajian-pengajian yang menyejukkan. Di sini dibutuhkan peran ulama, kiai maupun ustadz yang mempunyai komitmen terhadap Islam rahmatan lil alamin.

“Pendidikan dan pengajian yang dilakukan oleh kiai-kiai kampung selama ini menyejukkan. Mereka mengajarkan bagaimana hidup rukun, berbuat baik kepada tetangga, perilaku sopan santun dan ramah kepada siapa pun,” urai kiai asal Kempek Cirebon ini.

Kiai Said pun jengah terhadap orang atau kelompok tertentu yang menyampaikan Islam dengan marah-marah dan eksklusif (tertutup) sehingga membuat wajah Islam terkesan kaku dan garang.

Dia juga menyoroti eskalasi radikalisme di media sosial yang semakin meningkat. Bahkan medsos dijadikan alat untuk memfitnah dan menyebarkan berita bohong (hoax). Karena itu, mengampanyekan Islam ramah dan toleran di medsos merupakan langkah mendesak saat ini. (Fathoni)



PONTIANAK, Santrionline – Bagi warga nahdliyyin, pengurus maupun anggota Nahdlatul Ulama (NU), sosok pemimpin organisasi keagamaan ini memiliki posisi yang sangat strategis terutama untuk kemaslahatan umat.

Oleh karena itu, menjelang dilaksanakannya Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Kalbar yang direncanakan digelar di Kabupaten Kayong Utara dalam waktu dekat, warga nahdliyyin dan Badan Otonom (Banom) NU di Kalbar, menyampaikan harapan mereka.

Satu di antara warga nahdliyyin, Faisal, mengatakan Konferwil yang merupakan wadah pemilihan ketua ini, bisa menghasilkan pemimpin sesuai yang diharapkan.

Setidaknya, ia berharap pemimpin NU yang disebut Ketua Tanfidz, orang yang mampu menjaga kerukunan antara umat beragama dan ragam etnis di Kalbar.

Selain itu, menurutnya ketua NU hendaknya bukan dari golongan politisi. Sebab, bila berafiliasi dengan partai politik, maka sangat dimungkinkan rentan dengan kepentingan politik.

“Apalagi saat ini lagi musim politik, dikhawatirkan pemimpin NU kedepan ditunggangi oleh kepentingan politik,” ujarnya di Pontianak, Senin (9/1).

Baginya, ketua NU tidak sekadar paham dengan keorganisasian, tapi juga harus memiliki basik keilmuan agama yang mumpuni.

“Paham dengan ilmu agama. Sebab belakangan ini, paham dan aliran yang dinilai membahayakan bagi keutuhan Indonesia, sudah cukup mengkhawatirkan. Jadi ketua NU itu harus mampu memberikan pemahaman kepada umat,” jelasnya.

Harapan dan kritik yang dilontarkan Faisal, hendaknya dilihat sebagai evaluasi bagi organisasi NU Kalbar agar lebih baik untuk kepengurusan kedepannya.

Suara Banom
Bagi Ketua PW ANSOR Kalbar, Muhammad Nurdin, siapapun yang terpilih menjadi Ketua PW NU Kalbar kedepan, hal terpenting adalah memiliki komitmen untuk membesarkan NU dan mengembangkan kemaslahatan umat.

Ia tidak memandang ketua NU itu mesti dari kalangan tertentu, baik itu ulama, politisi maupun pejabat pemerintah.

“Dari kalangan mana saja boleh, yang penting tidak melanggar AD ART NU. Dan calon ketua itu harus jelas ke-NU-annya, termasuk amaliyah yang ia jalani sehari-hari,” katanya.

“Calon ketua juga harus punya integritas dan loyallitas, serta komitmen menjaga dan mengembangkan jamiyah dan jamaah Nahdlatul Ulama,” tuturnya.

Menurut Ketua PW IPPNU Kalbar, Jalilah Asy’ari, kriteria ketua NU Kalbar yakni mampu mengayomi warga nahdliyyin di segala bidang. “Khususnya bidang dakwah,” ujarnya.

Dikatakannya, untuk menjadi ketua minimal bisa memahami ilmu agama dengan baik, dan mampu membaca kitab.

“Yang lebih pantas untuk menjadi Ketua PW NU Kalbar, menurut saya dari kalangan kiai,” ucapnya.

“Harapan saya untuk Ketua PW NU kedepan ialah bisa memberikan perubahan yang lebih baik lagi, baik itu dalam segi organisasi maupun segi dakwahnya,” kata Jalilah.

Sementara itu, Ketua PKC PMII Kalbar, Rachmatul Fitrah, mengatakan kriteria paling utama dari ketua NU adalah bisa membawa NU Kalbar lebih bermanfaat.

“Keberadaannya sebagai jamiyah diniyah bukan saja oleh orang-orang terdekatnya, bukan saja oleh warga nahdliyin khususnya, tapi oleh seluruh masyarakat Kalbar pada umumnya,” ujar Fitrah.

Ia berpandangan, Ketua NU Kalbar layak dipimpin oleh kalangan kiai atau ustadz. Alasannya, kedua kategori ini dirasa akan lebih fokus bila dipercaya memimpin NU, karena ini organisasi keagamaan.

“Biarlah politisi mengurus politik, pejabat pemerintah mengurus pemerintahan. NU diurus oleh kiai/ustadz, biar fokus. Jangan dicampur-campur, takut gagal fokus. Kalau sudah gagal fokus, jangankan sampai ke tujuan, untuk berada di jalan yang benar saja lupa bagaimana caranya,” terangnya sedikit menyindir.

Mengutip perkataan almarhum KH Sahal Mahfudz, Fitrah menuturkan bahwa jangan sekali-kali warga nahdliyyin itu menumpang hidup dari NU.

“Di NU itu harus menghidupi NU, jangan sekali-kali mencari hidup di NU,” ucapnya.

Ketetapan AD/ART

Menjelang Konferwil NU Kalbar, terdengar sejumlah nama dari berbagai kalangan yang diprediksi akan maju dalam bursa pencalonan ketua. Dari pantauan NUKHATULISTIWA, mereka di antaranya ada dari kalangan kepala daerah, pejabat pemerintah, akademisi, dan juga ustadz.

Terlepas dari siapapun yang ingin maju dengan segala kelebihan yang dimiliki, aturan organisasi adalah pijakan tertinggi untuk dijadikan dasar pelaksanaan Konferwil.

Berkenaan dengan aturan yang mendasari calon ketua, hal ini telah dijelaskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU, hasil Muktamar ke-33, di Jombang, Jawa Timur, tahun 2015.

Pada Bab XIV tentang Pemilihan dan Penetapan Pengurus, Pasal 41 menyebutkan, ketua (wilayah) dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Konferwil, dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih.

Selain mengatur mekanisme pemilihan ketua, AD/ART juga membahas tentang rangkap jabatan. Berikut pasal yang meyebutkan hal tersebut.

Bab XVI Rangkap Jabatan, Pasal 51.

(1) Jabatan pengurus Harian Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan:

a. Jabatan pengurus harian pada semua tingkat kepengurusan Nahdlatul Ulama;

dan atau

b. Jabatan pengurus harian Lembagadan Badan Otonom; dan atau

c. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik; dan atau

d. Jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berafiliasi kepada Partai Politik;

dan atau

e. Jabatan Pengurus Harian Organisasi Kemasyarakatan yang bertentangan

dengan prinsip-prinsip perjuangan dan tujuan Nahdlatul Ulama.

(2) Jabatan Pengurus Harian Lembaga Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap

dengan Jabatan Pengurus Harian Lembaga lainnya dan Badan Khusus pada

semua tingkat kepengurusan.

(3) Jabatan Ketua Umum Badan Otonom Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap

dengan:

a. Jabatan pengurus harian pada semua tingkat kepengurusan Badan Otonom

lainnya;

b. Jabatan Pengurus Harian Lembaga dan atau Badan Khusus;

c. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik;

d. Jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berafiliasi kepada Partai Politik.

(4) Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum Pengurus

Besar; Rais dan Ketua Pengurus Wilayah, Rais dan Ketua Pengurus Cabang

tidak diperkenankan mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan jabatan

politik.

(5) Yang disebut dengan Jabatan Politik dalam Anggaran Rumah Tangga ini adalah

Jabatan Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati,

Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota, DPR RI, DPD, DPRD Propinsi dan

DPRD Kabupaten/Kota.

(6) Apabila Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum

Pengurus Besar mencalonkan diri atau dicalonkan, maka yang bersangkutan

harus mengundurkan diri atau diberhentikan.

(7) Apabila Rais dan Ketua Pengurus Wilayah, Rais dan Ketua Pengurus Cabang

mencalonkan diri atau dicalonkan, maka yang bersangkutan harus mengundurkan

diri atau diberhentikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

(8) Ketentuan mengenai rangkap jabatan yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut

dalam Peraturan Organisasi . (umar)

Buleleng, Santrionline
Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Bali terus melakukan konsolidasi di tubuh Satkoryon. Pertemuan intensif ini dilakukan untuk menjaga kekompakan di tengah provokasi di berbagai media sosial akhir-akhir ini.

Hal ini disampaikan oleh Kasatkoryon Banser Banjar Tohari saat menggelar pertemuan dengan anggota, Senin (9/1).

Tohari mengingatkan seluruh anggota Banser untuk tetap waspada terhadap upaya sebagian oknum yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Para penebar fitnah melalui media sosial tidak henti-hentinya menyerang cara pandang keislaman ala NU. Bahkan tak segan-segan mereka menjelek-jelekkan kiai sepuh NU.

“Suasana seperti ini sungguh tak mengenakkan, tapi kita jangan sampai terpancing untuk mengeluarkan kata-kata kasar sebagaimana mereka. Tunjukan kader NU mempunyai akhlak yang baik, lemah lembut sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW,” jelasnya.

Konsolidasi yang dimaksud itu ada dua, yakni konsolidasi internal dan konsolidasi eksternal. Penguatan internal dilakukan dengan cara peningkatan kapasitas, fisik anggota, sekaligus penguatan ideologi Aswaja untuk indoktrinasi kepada anggota Banser.

“Dengan indoktrinasi tersebut, maka anggota akan menjadi teguh dalam pengabdiannya kepada NU dan tak akan mudah terpengaruh terhadap propaganda ideologi lain yang cenderung radikal,” tegasnya.

Sementara untuk konsolidasi eksternal, Banser Kecamatan Banjar ini akan terus melakukan komunikasi dan koordinasi kepada elemen lain yang memiliki semangat yang sama untuk menjaga keamanan dan keharmonisan.

“Hal ini sudah dilakukan langkah-langkah koordinasi dengan Koramil dan Polsek Banjar, serta kepada Pecalang untuk menjaga keamanan bersama mengingat kami berada di kawasan pariwisata Lovina, ikon pariwisata di Bali Utara,” tegas Tohari di hadapan 50-an anggota Banser. (Abraham Iboy/Alhafiz K)

Pacitan, Santrionline

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH As'ad Said Ali hadir dalam Apel Kesetiaan NKRI yang digelar oleh PWNU Jawa Timur di kawasan Pantai Pancer Door Pacitan, Ahad (8/1).

Wakil Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 mengatakan bahwa toleransi model barat tidak cocok di terapkan di NKRI. Mengapa demikian, karena toleransi tersebut tidak sejalan dengan sikap toleransi yang dimiliki NU.

"Toleransi model barat mengatakan semuanya bebas. Semua agama bebas. Termasuk menistakan agama orang lain, termasuk juga menghujat Allah. Itu toleransi model barat. Tapi kita beda, kita Pancasila tidak seperti itu. Kita adalah Bhinneka Tunggal Ika," katanya dihadapan 10 ribu kader NU Se-Jawa Timur yang mengikuti Apel

Negara, kata mantan Wakil Kepala BIN itu, harus hadir membikin aturan atau undang-undang yang kuat untuk mengatur rambu-rambu lalu lintas interaksi antar umat beragama, dan antar suku di Indonesia.

"Negara yang namanya Pancasila sekarang ibarat rumah. Setelah 1998, karena liberasi politik, karena tekanan barat, sekali lagi karena tekanan barat, rumah kita menjadi pintunya dibuka. Kurang puas jendelanya dibuka, kurang puas lagi gentengnya dibuka. Maka sekarang kita masuk angin, kena flu," katanya

Oleh karena itu, NU bersama Negara menyatakan siap mengawal toleransi dengan aturan yang disepakati bersama. NU siap membangun visi baru sesuai dengan sikap tasamuh atau toleransi yang dimiliki NU.


Hadir dalam Apel yang mengusung tema Meneguhkan persatuan umat Islam dan nasional itu, Wasekjen PBNU KH Abdul Mun'im DZ, Katib Syuriyah PBNU KH Luqman Harits Dimyathi, Ketua PWNU Jawa Timur KH Hasan Mutawakkil Alallah, Bupati Pacitan Indartato, Komandam Korem (Danrem) 081/Dhirotsaha Jaya Madiun Kolonel Infanteri Piek Budiakto, dan ratusan alim ulama lainya. (Zaenal Faizin/Fathoni)


Jakarta, Santrionline
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengaku prihatin dengan maraknya berita palsu, fitnah, dan provokasi permusuhan khususnya melalui media sosial. Ia mengimbau seluruh pengguna internet untuk berhati-hati dalam menyikapi berbagai informasi yang masuk.

Ia menyinggung soal konflik di Timur Tengah, terutama di Suriah, belakangan ini. Dengan memutarbalikkan fakta, para penyebar berita palsu hendak membawa ketegangan di sana ke Indonesia lewat sentiment aliran agama.

Guru besar ilmu tasawuf UIN Sunan Ampel ini lalu mengutip Surat al-Hujurat ayat 6 yang memerintahkan kaum mukmin untuk memeriksa dengan teliti (tabayun) berita yang datang dari orang fasik.

“Supaya apa? Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu,” tambahnya meneruskan terjemahan potongan ayat, Senin (2/1), di Jakarta.

Kang Said, demikian ia biasa dipanggil, berpendapat bahwa konflik di Timur Tengah adalah dampak dari masih belum matangnya integrasi antara nasionalisme dan ajaran agama. Di samping pula kepentingan politik dan ekonomi yang menjadi pemicu utama terhadinya krisis di Timur Tengah.

Menurutnya, keharmonisan hubungan antara nasionalisme dan ajaran agama di Indonesia merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Karena itu, sudah menjadi kewajiban seluruh warga untuk merawatnya dari rongrongan berbagai pihak yang tak ingin Indonesia utuh. (Mahbib)



Jakarta, Santrionline

Penyebaran informasi yang masif melalui berbagai saluran media menyebabkan banjir informasi yang sulit ditentukan keshahihannya. Untuk itu, keberadaan para dai muda di tengah masyarakat harus mampu menjadi penuntun bagi masyarakat dalam memilih dan memilah informasi, agar tidak terjebak pada informasi palsu atau Hoax.

Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Forum Komunikasi Dai Muda Indonesia, Moh. Nur Huda menyatakan, para dai memiliki tanggung jawab penuh dalam memberikan pencerahan pada masyarakat, agar tidak tertipu pada informasi yang keliru.

Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan kompetensi literasi media pada dai muda yang hadir di tengah masyarakat. FKDMI, bersama dengan Kementerian Agama dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) akan menyelenggarakan Pelatihan Kader Dai Tingkat Nasional tahun 2017 tahap 1, dengan salah satu fokus bahasan menangkal informasi palsu (Hoax) di tengah masyarakat, dengan peningkatan kompetensi literasi media bagi para dai muda.

Pelatihan ini akan dilaksanakan pada hari Kamis, 5 Januari 2017 di Kampus STAI Al-Aqidah Al-Hasyimiyyah Matraman Jakarta Timur.

Pelatihan kader dai ini akan diikuti oleh seratus orang dai muda yang ada di Jakarta dan utusan dari FKDMI tingkat wilayah. FKDMI berharap, dengan pelatihan ini, para dai mampu menjadi pelita bagi masyarakat di tengah membanjirnya informasi baik yang benar ataupun palsu.

Apalagi kondisi sosial masyarakat saat ini yang cenderung tegang dan berpotensi menimbulkan gesekan antar-umat beragama.

“Jangan sampai para da’i tidak mampu mengarahkan masyarakat pada kebenaran, lantaran informasi palsu (hoax) dikemas sedemikian rupa seolah-olah itu adalah shahih,” ujar Huda.

Huda juga mengingatkan empat sifat Rasulullah yang harus senantiasa diteladani oleh para da’i muda, yakni: Siddik (berkata benar), Tabligh (menyampaikan), Amanah (dapat dipercaya) dan Fathonah (cerdas).

“Jika para dai senantiasa meneladani empat sifat ini, niscaya tidak ada celah sedikitpun untuk ikut serta menyuburkan informasi palsu yang cenderung memecah belah persatuan bangsa”, ujarnya.

Dirinya berharap, pelatihan dai ini dapat menghasilkan kader-kader dai yang mumpuni dan ikut membina masyarakat dalam mewujudkan tatanan yang Islami. (Red: Fathoni)


Solo, Santrionline

Segala sesuatu yang berlebihan, seringkali mengarah kepada hal yang tidak baik. Begitu pula ketika seseorang terlalu berlebihan dalam membenci maupun mencintai satu hal, seringkali akan membuatnya bertindak secara berlebihan, dengan tanpa dasar.

Termasuk dalam kategori di atas, yakni perilaku menyebar berita bohong atau yang populer dengan sebutan hoax, dimana berita bohong tersebut dibuat berdasarkan pada kecintaan maupun kebencian yang berlebih.

“Menyebarkan berita hoax berdasarkan kebencian maupun kecintaan, sama-sama tidak waras. Mestinya ada tabayyun atau klarifikasi dahulu, sebelum membagikan berita,” terang Koordinator Ansor Media Regional Jawa Tengah, Solahudin Aly, pada seminar Bedah Iklan Anti-Hoax di ISI Surakarta, Kamis (5/1).

Menurut Sekretaris Pimpinan Wilayah GP Ansor Jateng tersebut, berita bohong sebetulnya sudah ada sejak zaman dahulu. “Bahkan dalam ranah hadits juga dikenal adanya hadits palsu,” ungkapnya.

Selain Solahudin, dalam kesempatan tersebut turut hadir beberapa narasumber antara lain Anas Syahirul Alim (Ketua PWI Solo), Retno Wulandari (Presiden IMA Chapter Solo) dan lainnya.

Panitia acara seminar, menjelaskan kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian dari kampanye antihoax, yang puncaknya akan digelar deklarasi masyarakat antihoax, Ahad (8/1) mendatang. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)


Pekalongan, Santrionline

Di tengah gencarnya berita-berita fitnah dan konten hoax di media sosial, Netizen Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Tengah bergerak menyatukan barisan. Netizen NU Jawa Tengah, mengampanyekan bermedia sosial secara inspiratif dan berakhlakul karimah, dengan Deklarasi Damai Netizen NU, di Aula Gedung NU Pekalongan, Jateng, Ahad (8/1).

Hadir dalam Silaturahmi dan Kopdar Netizen NU Jateng, HA. Helmy Faisal Zaini (Sekjen PBNU), Arief Rohman (Wakil Bupati Blora), H. Bisri (FKB-DPR RI), Sukirman (Wakil Ketua DPRD Jateng), Hasan Chabibie (Pegiat Literasi), dan beberapa pegiat media sosial, di antaranya M. Rikza Chamami (Dosen UIN Walisongo Semarang), Sholahuddin Al-Ahmadi (GP Ansor Jateng), Abdullah Hamid (RMI PBNU), dan Munawir Aziz (LTN-PBNU).

Dalam agenda ini, didengungkan deklarasi damai Netizen NU Jateng, yang menyeru keaktifan warga Nahdliyyin untuk menyebarkan konten-konten inspiratif di media sosial. Deklarasi ini juga mendorong warga untuk memenuhi media sosial dengan berita, video dan grafis yang inspiratif, untuk melawan hoax.

Sekjen PBNU, Helmy Faisal Zaini mengungkapkan pentingnya bermedia sosial secara inspiratif. "Sekarang ini, dakwah menggunakan media sosial sangat penting untuk mengkampanyekan Islam ramah ala Nahdlatul Ulama," terang Helmy. PBNU menyelenggarakan Kopdar Netizem di beberapa kota untuk menyelaraskan dakwah di media sosial.

Hasan Chabibie, Pegiat Literasi dan praktisi pendidikan, menegaskan pentingnya gerakan Literasi Digital untuk komunitas pesantren. "Saat ini fenomena hoax sudah demikian membahayakan. Perlu gerakan sistematis untuk melawan hoax, dengan memilah konten-konten di media sosial sekaligus memproduksi konten inspiratif untuk dakwah media sosial," terang Hasan.

Komunitas pesantren dan warga Nahdliyyin perlu diaktifasi agar cerdas bermedia sosial. Sukirman, Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, menegaskan pentingnya menggerakkan komunitas untuk berdakwah di media sosial.

"Media sosial cukup efektif untuk menggerakkan gagasan. Warga bisa langsung lapor kepada Presiden Jokowi dan Gubernur, atau pemimpin daerah lainnya, jika ada masalah mendesak di lingkungannya," jelas Sukirman.

Wakil Ketua DPRD Jateng ini juga mendorong pelatihan-pelatihan media sosial, agar warga NU dan komunitas pesantren mampu menggerakkan gagasan melalui media sosial. Tujuannya, agar warga Jateng cerdas bermedia dan mampu menenggelamkan hoax.

"Jawa Tengah harus menjadi contoh sebagai daerah bebas hoax dengan media sosial yang bervisi Ahlussunnah wal Jamaah an-Nahdliyah," tegas Sukirman.

Dalam agenda ini, lebih dari 200 peserta hadir memenuhi lokasi kegiatan, yang datang dari berbagai kota di Jawa Tengah. Sebelumnya, peserta juga berpartisipasi dalam rangkaian Maulid Akbar di Kanzus Sholawat, yang diselenggarakan Jam'iyyah Thariqah yang diasuh Habib Luthfi bin Yahya. (Zulfa/Fathoni)


Jakarta, SANTRIONLINE

Pemandangan tidak biasa terlihat ketika Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PBNU H Ulil Abshar melaksanakan Sidang Terbuka Doktoralnya di Universitas Indonesia (UI), Senin (9/1). Ia mengenakan sarung dipadu dengan peci dan jas ketika memaparkan isi disertasinya di hadapan para penguji di sebuah mimbar.

Sarung dan peci bagi warga NU memang sudah terbiasa sebagai identitas kultural yang telah mengglobal. Menjadi sesuatu yang tidak biasa karena selama ini ritual sakral penganugerahan Doktor di UI memakai setelan formal seperti dasi, jas, kemeja, dan celana panjang.

Ulil yang juga aktif mengasuh Rubrik Keislaman di NU Online ini ingin meneguhkan identitas kultural Islam Indonesia saat penganugerahan gelar Doktornya. Baginya, praktik peneguhan identitas budaya tersebut sesuai dengan semangat pengembangan keilmuan di Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI.

Dibawah Promotor Dr Muhammad Luthfi, Kopromotor I Prof Dr Sapardi Djoko Damono, dan Kopromotor II Dr Tommy Christomy, pria kelahiran Pati Jawa Tengah itu berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Makna dan Fungsi Hizib di Pesantren: Analisis Teks dan Konteks atas Hizib Karya Asy-Syadzili untuk memperoleh gelar Doktor Ahli Sastra Arab di UI.

Hadir dalam sidang yang berlangsung di Ruang 4101 (Auditorium Gedung IV) lantai 1 FIB UI Depok ini di antaranya, Ketua KPU RI yang juga salah satu Ketua PBNU H Juri Ardiantoro, Direktur NU Online dan Nutizen Savic Alielha, Pemred NU Online Achmad Mukafi Niam, mantan Ketua LTN PBNU periode lalu Khotibul Umam Wiranu, sejumlah pejabat PBNU, kolega, dan sahabat.

“Ya, ini baru pernah terjadi di UI seorang Promovendus mempertahankan disertasinya dalam sidang dengan pakai kain sarung,” ujar Khotibul Umam Wiranu dalam akun twitter pribadinya @Khotibul_UmamWr, Senin (9/1) menjawab pertanyaan salah satu Netizen.

Senada, Juri Ardiantoro juga tertarik dengan gaya Ulil Abshar yang selama ini belum pernah terjadi di sidang Doktor, yakni sidang dengan mengenakan sarung.

“Selamat Gus Ulil Abshar (yg bkn Abdalla) atas anugerah Doktornya. Semoga maslahah. Tampilannya tetap santri. Top,” cuit @juriardiantoro.

Selain aktif menjadi Wasekjen PBNU, saat ini Ulil Abshar juga menjadi salah satu pengajar tetap di Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ia juga aktif mengisi kuliah di Pascasarjana Islam Nusantara STAINU Jakarta. (Fathoni)

Belakangan, beredar berita tentang terlibatnya Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dalam jual-beli tanah di Kelurahan Karang Besuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang, Jawa Timur. Tanah milik H. Qosim ini dijual kepada seseorang. Posisi Kiai Said dalam berita itu adalah makelar yang menjanjikan bahwa di tanah tersebut  akan dibangun Islamic Center.

Pembeli tanah dari H Qosim atas nama Denny M Syafullah membantah berita tersebut. Menurut dia, berita tersebut sangat jahat. “Ini berita jahat. Ini orang jahat. Seribu persen bohong!” katanya di gedung PBNU, Jakarta, pada Kamis (29/12).

Denny sebelumnya mengetahui bahwa berita itu memang sudah keluar setelah Muktamar NU di Jombang pada 2015 lalu. Tapi dia tidak bereaksi apa-apa. “Dulu udah keluar baru muktamar, tapi tidak menyebut nama saya, makanya saya diamin. Sekarang menyebut nama saya,” ujar pria yang pengusaha ini.

Menurut dia, tanah itu menjadi milikinya hanya selama setahun. Kemudian sudah dijual lagi. Dan dia tidak tahu apa-apa lagi dengan tanah tersebut. Yang jelas adalah, jual-beli tanah ini tidak ada kaitannya dengan Kiai Said Aqil Siroj. Dia juga mengaku siap untuk menjadi saksi untuk kasus tersebut.

Denny juga mengaku telah menelepon H Qosim. H Qosim juga membantah berita tersebut. Orang yang membuatnya adalah pihak yang menghendaki Kiai Said medun (turun dari Ketua Umum PBNU).

Kemudian Denny juga menunjukkan tulisan tangannya yang dibubuhi tanda tangan dan materai senilai 6000. Berikut isi tulisan tersebut:

Surat Pernyataan

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : H Denny M Syafullah SH
Alamat : Jalan Cipinang Cempedak IV /1 Polonia Jakarta Timur
Agama  : Islam

Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Saya pembeli tanah milik haji Kosim warga kelurahan Karang Besuki, Kecamatan Sukun, Kota Malang.
2. Bahwa waktu membeli tanah tidak ada kaitan dengan KH Said Aqil Siroj (Ketua Umum PBNU). Dan KH H Said Qil Siroj tidak pernah tahu-menahu mengenai proses jual beli tanahnya.
3. Tanah tersebut sudah bayar lunas.
4. Sewaktu membeli tanah tersebut tidak pernah menyebut-nyebut sebagai lahan Islamic Center.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya dipertanggungjawabkan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 29 Desember 2016
H Denny M Syafullah SH

Bantuan logistik dari Indonesian Humanitarian Relief (IHR) untuk warga Aleppo, Suriah, menjadi pembicaraan hangat di jagat maya saat ini. Penyebabnya, beredar video mengenai bantuan logistik yang jatuh ke kelompok teroris. Video tersebut diperoleh dari Euro News yang disebarluaskan lewat media sosial YouTube. Dalam video, warga sipil Aleppo menyerbu gudang logistik milik kelompok pemberontak Jaysh Al-Islam. Mereka (warga sipil) mengaku selama ini kelaparan karena bantuan tidak pernah sampai kepada mereka, sedangkan di gudang itu, makanan, minuman dan obat-obatan menumpuk. Dan dalam salah satu kotak logistik terlihat jelas tulisan “Indonesian Humanitarian Relief” atau IHR. Menanggapi berita ini, IHR yang diketuai oleh Bachtiar Nasir pun memberi press release lewat situsnya www.ihr.foundation

*****
Sehubungan dengan beredarnya fitnah yang dialamatkan kepada Indonesian Humanitarian Relief Foundation (IHR) bahwa bantuan kami tidak diberikan kepada rakyat Aleppo, maka kami menilai tuduhan ini adalah tudingan serius. Dengan ini, IHR menyatakan sikap:

1. Melihat polanya, arus fitnah ini tampaknya bukan barang baru. Upaya propaganda ini dilakukan oleh pihak-pihak yang memang sejak awal tidak ingin nestapa warga Suriah terdengar mengetuk hati nurani warga Indonesia. Caranya dilakukan dengan berbagai pola, salah satunya adalah membunuh karakter NGO-NGO kemanusiaan yang selama ini bersama-sama ormas Islam, ulama, dan aktivis kemanusiaan menggalang semangat berbagi.

2. Tuduhan IHR tidak menyalurkan untuk warga Suriah jelas tuduhan fitnah dan tidak benar. Pihak-pihak yang melakukan propaganda ini hanya menyandarkan kepada satu potongan berita, tanpa mau melihat informasi secara utuh. Padahal bantuan kemanusiaan kepada masyarakat Suriah kami lakukan dengan bekerjasama dengan lembaga kemanusiaan yang sangat kredibel di Turki, yakni İnsan Hak ve Hürriyetleri İnsani Yardım Vakfı atau dikenal dengan nama IHH. IHH adalah organisasi lembaga kemanusiaan internasional yang telah diakui oleh PBB. Dalam kiprahnya, IHH pernah menjadi inisiator konvoi kemanusiaan Freedom Flotilla menuju Gaza, Palestina, yang diikuti lembaga dan aktivis kemanusiaan dunia.
Meski demikian, tidak menutup kemungkinan di lapangan banyak kemungkinan bisa terjadi, apalagi dalam suasana perang dan konflik.

3. Adalah kewajiban semua kaum Muslim membantu saudaranya di dunia yang sedang menderita dan pengalami penindasan. Sebab adalah wujud kemanusiaan Universal dalam Islam. Kami menilai tudingan ini adalah bagian dari upaya melemahkan semangat kemanusiaan masyarakat Indonesia untuk membantu sesama saudaranya di Suriah.
Namun tidak semua usaha kemanusiaan masyarakat Indonesia terhadap masyarakat Suriah ini disukai oleh pihak-pihak tertentu yang memang sejak lama berupaya menutup-nutupi fakta krisis kemanusiaan dan kekejaman yang terjadi di Suriah.

4. IHR adalah lembaga yang didirikan para aktivis kemanusiaan dari banyak elemen umat. Dengan membawa-bawa nama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI), kelompok penfitnah – yang diduga jejaring gerakan Pro Rezim Bashar al Assad di Indonesia ini – ingin berusaha melakukan usaha memecah ukhuwah umat Islam yang saat ini sedang solid.

5. Jika pihak-pihak penebar fitnah tidak menghentikan tuduhannya setelah pernyataan resmi kami ini, maka kami akan ambil langkah hukum terhadap para penebar fitnah ini.

Jakarta, 27 Desember 2016
Direktur IHR
Mathori
******

Belum lama IHR mengeluarkan bantahannya tersebut, banyak Netizen yang turut memberikan tanggapan kembali. Dari beberapa tanggapan, bantahan dari saudara Ismail Amin paling layak untuk dicermati. Berikut ini selengkapnya tanggapan yang ditulis Ismail:

*****
Tanggapan atas Press Release IHR yang merasa terfitnah.

1. Langsung menuduh IHR menyalurkan donasi untuk rakyat Suriah ke tangan pemberontak jelas salah. Masih ada kemungkinan kesalahan prosedur atau memang direbut oleh kubu pemberontak. Namun IHR yang langsung menuduh pihak yang mengkritisi kasus ini sebagai “pihak-pihak yang memang sejak awal tidak ingin nestapa warga Suriah terdengar mengetuk hati nurani warga Indonesia dan melakukan pembunuhan karakter pada NGO” jelas salah juga. Yang seharusnya dilakukan IHR bukan menjawab “fitnah” dengan memfitnah balik. Keberadaan dus-dus berlogo IHR di tangan pemberontak ini yang harus dijelaskan. Press rilis IHR tidak memberikan sedikitpun komentar mengenai fakta bantuan logistik dari IHR yang ditemukan warga sipil di gudang milik pemberontak (Jaish al Islam).

2. Sumber berita dari euronews tidak punya kepentingan untuk memfitnah IHR dan sama sekali tidak menyinggung bantuan yang ditimbun pemberontak itu dari warga Indonesia, kebetulan saja kardus berlogo IHR tertangkap kamera sehingga masyarakat Indonesia merasa perlu meminta keterangan dari IHR. Ini yang harus dijelaskan IHR.

3. Sebagai lembaga kemanusiaan IHR seharusnya bersikap netral dan fokus pada bantuan kemanusiaan dari pihak manapun korban yang jatuh di Suriah, tapi tidak bisa dipungkiri ketua IHR sendiri menunjukkan sikap dukungan kepada pemberontak dan menyebarkan kampanye kebencian pada pemerintah Suriah yang berdaulat. Dalam press rilis IHR dan rekam jejak Bachtiar Nasir, selama ini keliling Indonesia berceramah menyebarkan narasi “kaum Sunni Suriah dibunuh kaum Syiah” untuk menggalang dana sangat jelas menunjukkan keberpihakan IHR dalam konflik ini.

4. IHR berdalih telah menyalurkan bantuan lewat IHH (dan seolah ini bukan kesalahan). Padahal reputasi IHH dalam konflik Suriah juga dipertanyakan. Pada Januari 2014, polisi anti-teror Turki telah menangkap truk-truk bantuan kemanusiaan IHH yang ternyata berisi amunisi dan senjata untuk para pemberontak. Polisi juga menggerebek beberapa kantor IHH di perbatasan Suriah, dan menangkap beberapa aktivisnya yang dituduh terlibat Al Qaida. (sumber: http://www.aljazeera.com/…/turkish-police-raid-charity-aidi…)

5. Tindakan IHR menyalurkan amanah donasi bangsa Indonesia kepada lembaga yang diduga terkait dengan Al Qaida jelas membahayakan bangsa Indonesia secara umum karena mengatasnamakan bantuan dari Indonesia. Jauh lebih bijaksana bila IHR berkoordinasi dengan KBRI Suriah dalam penyaluran bantuan dari warga Indonesia sebagai representasi resmi negara Indonesia di Suriah. Sebagaimana dikatakan Dubes Indonesia untuk Suriah, bantuan dari luar negeri memang sering diserobot pemberontak sehingga sebaiknya dikirim lewat Lembaga Koordinasi Bantuan Kemanusiaan PBB (OCHA) yang tidak memihak agar lebih aman. (sumber: http://www.republika.co.id/…/o4cg87320-dubes-ri-untuk-suria…)

6. Sebagai lembaga donasi kemanusiaan yang telah mendapat kepercayaan masyarakat Indonsia, IHR akan membuktikan diri tidak terlibat dengan jaringan terorisme dan dukungan pada pemberontak di Suriah. Kiprah IHR tetap dinanti untuk membantu proses pemulihan di Aleppo yang telah terbebas dari pemberontak.

Salam cinta untuk rakyat Suriah khususnya Aleppo. Selamat atas pembebasannya.
*****

Dengan adanya tanggapan ini, mari kita sabar untuk menanti kejelasan yag lebih spesifik lagi dari pihak IHR. (Rois Faisal .R)