Articles by "anti hoax"
Showing posts with label anti hoax. Show all posts


Semarang, Santrionline
Aktivis cyber Aswaja Kota Semarang berkumpul di auditorium perpustakaan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jumat (30/12). Mereka menyayangkan pelbagai kekerasan di dunia sosial dan konten hoax. Mereka membahas bagaimana menyikapi hal tersebut yang merebak di dunia maya.

Mereka dengan pertemuan kali ini akhirnya membuat kesepakatan untuk mengimbangi peredaran situs penyebar hoax dengan konten-konten yang menyejukkan.

Agus Fathuddin Yusuf memberikan pengantar bahwa, sekarang kita sudah bisa membuat media sendiri. Kita bisa memproduksi berita, fotografi, bahkan pemilik media itu sendiri. Ia mengajak peserta untuk melihat media sosial sekarang ini. Dari sini kita dengan mudah menyebarkan berita yang kadang abai terhadap proses verifikasi, cek dan ricek serta keberimbangan.

Pembicara lain Hasan Habibie yang mewakili Pustekkom Kemendikbud mendorong pada peserta workshop untuk memperbanyak konten yang menyejukkan dan Islam rahmatan lil alamin. Semangat pemuda ini harus terus dikobarkan menyuarakan hal-hal yang memberikan informasi positif untuk menjaga keharmosian kehidupan. Berita hoax yang selama ini mengganggu kenyamanan harus kita kurangi bersama.

Kalau kita menyebarkan berita harus memiliki etika islami. Kita bisa meniru sifat nabi mulai dari shiddiq, amanah, tabligh, dan dan fathanah. Selain itu, kita bisa menggali etika-etika yang lain dari ulama-kiai sebagai adab dalam menyebarkan informasi pada publik.

"Banyak ayat yang menginspirasi kita untuk melakukan verifikasi, salah satunya ayat 6 surat al-Hujurat," kata Wakil Ketua PCNU Kota Semarang yang juga aktif sebagai Wakil Ketua MAJT Agus Fathuddin.

Agus berharap jaringan yang terbentuk kali ini mampu mewarnai dunia maya menggunakan konten yang sejuk, damai, dan ramah. Kegiatan ini diinisiasi Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia NU Kota Semarang bekerja sama dengan Pustekkom Kemendikbud sebagai bagian penguatan pemuda Kota Semarang. (Zulfa/Alhafiz K)


Jakarta, Santrionline
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengaku prihatin dengan maraknya berita palsu, fitnah, dan provokasi permusuhan khususnya melalui media sosial. Ia mengimbau seluruh pengguna internet untuk berhati-hati dalam menyikapi berbagai informasi yang masuk.

Ia menyinggung soal konflik di Timur Tengah, terutama di Suriah, belakangan ini. Dengan memutarbalikkan fakta, para penyebar berita palsu hendak membawa ketegangan di sana ke Indonesia lewat sentiment aliran agama.

Guru besar ilmu tasawuf UIN Sunan Ampel ini lalu mengutip Surat al-Hujurat ayat 6 yang memerintahkan kaum mukmin untuk memeriksa dengan teliti (tabayun) berita yang datang dari orang fasik.

“Supaya apa? Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu,” tambahnya meneruskan terjemahan potongan ayat, Senin (2/1), di Jakarta.

Kang Said, demikian ia biasa dipanggil, berpendapat bahwa konflik di Timur Tengah adalah dampak dari masih belum matangnya integrasi antara nasionalisme dan ajaran agama. Di samping pula kepentingan politik dan ekonomi yang menjadi pemicu utama terhadinya krisis di Timur Tengah.

Menurutnya, keharmonisan hubungan antara nasionalisme dan ajaran agama di Indonesia merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Karena itu, sudah menjadi kewajiban seluruh warga untuk merawatnya dari rongrongan berbagai pihak yang tak ingin Indonesia utuh. (Mahbib)


Bandar Lampung, Santrionline

Siapapun umat Islam yang suka memproduksi dan menyebar berita bohong atau hoax menunjukkan dirinya gagal mengawal Firman Allah. Pernyataan itu ditegaskan aktivis Gusdurian Lampung, Gatot Arifianto di Bandar Lampung, Rabu (4/1).

"Kenapa demikian? Karena Al-Qur’an sebagai pegangan dengan tegas telah menjelaskan bagaimana umat Islam untuk menghindari fitnah hingga selektif menerima informasi," paparnya.

Beberapa penegasan berkaitan dengan hal tersebut, ujar dia menambahkan, ditegaskan dalam QS. Al-Anfal: 25. Waattaquu fitnatan laa tushiibannal-ladziina zhalamuu minkum khaash-shatan waa'lamuu annallaha syadiidul 'iqaab.

Artinya: Dan takutlah kalian terhadap fitnah (siksaan) yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah, bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.

Gatot menambahkan, penegasan lain ada pada QS. Al-Hujurat: 6. Yaa ai-yuhaal-ladziina aamanuu in jaa-akum faasiqun binaba-in fatabai-yanuu an tushiibuu qauman bijahaalatin fatushbihuu 'ala maa fa'altum naadimiin.

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik, membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah, kepada suatu kaum, tanpa mengetahui keadaannya, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.

"Ada kata periksalah dengan teliti. Maksudnya tentu dengan cermat, seksama, tidak tergesa-gesa. Kalau begitu menerima informasi, baca sekilas langsung dibroadcast atau disebar mungkinkah bisa teliti? Menyebarkan yang haq lebih baik ketimbang menyebar hoax," kata dia lagi.

Selain itu, kata dia lagi, ditegaskan pula dalam QS. An Nuur: 15. Idz talaqqaunahu bialsinatikum wataquuluuna biafwaahikum maa laisa lakum bihi 'ilmun watahsabuunahu hai-yinan wahuwa 'indallahi 'azhiimun.

Artinya: Ingatlah ketika kamu menerima (berita bohong) itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menganggapnya remeh, padahal dalam pandangan Allah itu soal besar.

Dalam Hadist Riwayat Muslim, kata Gatot menambahkan, Rasulullah SAW juga telah bersabda: "Seseorang hamba yang membicarakan sesuatu yang belum jelas baginya (hakikat dan akibatnya), akan dilempar ke neraka jahanam sejauh antara timur dan barat."

"Saya tidak bermaksud menggurui, namun mengingatkan. Jika firman diabaikan, sabda Nabi, Mushaddiq yang menyatakan kebenaran diingkari, patutkah berteriak lantang paling Islam? Maka jika benar mencintai Al Quran, firman meski dikawal lebih dari fatwa," pungkasnya. (Syuhud Tsaqafi/Fathoni)


Solo, Santrionline

Segala sesuatu yang berlebihan, seringkali mengarah kepada hal yang tidak baik. Begitu pula ketika seseorang terlalu berlebihan dalam membenci maupun mencintai satu hal, seringkali akan membuatnya bertindak secara berlebihan, dengan tanpa dasar.

Termasuk dalam kategori di atas, yakni perilaku menyebar berita bohong atau yang populer dengan sebutan hoax, dimana berita bohong tersebut dibuat berdasarkan pada kecintaan maupun kebencian yang berlebih.

“Menyebarkan berita hoax berdasarkan kebencian maupun kecintaan, sama-sama tidak waras. Mestinya ada tabayyun atau klarifikasi dahulu, sebelum membagikan berita,” terang Koordinator Ansor Media Regional Jawa Tengah, Solahudin Aly, pada seminar Bedah Iklan Anti-Hoax di ISI Surakarta, Kamis (5/1).

Menurut Sekretaris Pimpinan Wilayah GP Ansor Jateng tersebut, berita bohong sebetulnya sudah ada sejak zaman dahulu. “Bahkan dalam ranah hadits juga dikenal adanya hadits palsu,” ungkapnya.

Selain Solahudin, dalam kesempatan tersebut turut hadir beberapa narasumber antara lain Anas Syahirul Alim (Ketua PWI Solo), Retno Wulandari (Presiden IMA Chapter Solo) dan lainnya.

Panitia acara seminar, menjelaskan kegiatan ini merupakan salah satu dari rangkaian dari kampanye antihoax, yang puncaknya akan digelar deklarasi masyarakat antihoax, Ahad (8/1) mendatang. (Ajie Najmuddin/Abdullah Alawi)