Semarang, Santrionline
Aktivis cyber Aswaja Kota Semarang berkumpul di auditorium perpustakaan Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT), Jumat (30/12). Mereka menyayangkan pelbagai kekerasan di dunia sosial dan konten hoax. Mereka membahas bagaimana menyikapi hal tersebut yang merebak di dunia maya.

Mereka dengan pertemuan kali ini akhirnya membuat kesepakatan untuk mengimbangi peredaran situs penyebar hoax dengan konten-konten yang menyejukkan.

Agus Fathuddin Yusuf memberikan pengantar bahwa, sekarang kita sudah bisa membuat media sendiri. Kita bisa memproduksi berita, fotografi, bahkan pemilik media itu sendiri. Ia mengajak peserta untuk melihat media sosial sekarang ini. Dari sini kita dengan mudah menyebarkan berita yang kadang abai terhadap proses verifikasi, cek dan ricek serta keberimbangan.

Pembicara lain Hasan Habibie yang mewakili Pustekkom Kemendikbud mendorong pada peserta workshop untuk memperbanyak konten yang menyejukkan dan Islam rahmatan lil alamin. Semangat pemuda ini harus terus dikobarkan menyuarakan hal-hal yang memberikan informasi positif untuk menjaga keharmosian kehidupan. Berita hoax yang selama ini mengganggu kenyamanan harus kita kurangi bersama.

Kalau kita menyebarkan berita harus memiliki etika islami. Kita bisa meniru sifat nabi mulai dari shiddiq, amanah, tabligh, dan dan fathanah. Selain itu, kita bisa menggali etika-etika yang lain dari ulama-kiai sebagai adab dalam menyebarkan informasi pada publik.

"Banyak ayat yang menginspirasi kita untuk melakukan verifikasi, salah satunya ayat 6 surat al-Hujurat," kata Wakil Ketua PCNU Kota Semarang yang juga aktif sebagai Wakil Ketua MAJT Agus Fathuddin.

Agus berharap jaringan yang terbentuk kali ini mampu mewarnai dunia maya menggunakan konten yang sejuk, damai, dan ramah. Kegiatan ini diinisiasi Lembaga Kajian dan Sumber Daya Manusia NU Kota Semarang bekerja sama dengan Pustekkom Kemendikbud sebagai bagian penguatan pemuda Kota Semarang. (Zulfa/Alhafiz K)
RAHMAT ALLAH TAK PERNAH MENINGGALKAN KITA
santrionline.net - Seorang lelaki muda bangun di awal pagi untuk solat subuh di masjid.
Dia berpakaian, berwuduk dan kemudiannya berjalan menuju ke masjid. Di pertengahan jalan lelaki itu terjatuh dan pakaiannya kotor. Dia bangkit sambil membersihkan bajunya, dan pulang ke rumah. Di rumah dia berganti baju, berwuduk kembali dan berjalan semula menuju ke masjid.
Dalam perjalanan ke masjid, dia terjatuh lagi di tempat yg sama!
Dia sekali lagi bangkit lalu membersihkan dirinya dan kembali ke rumah. Dirumah dia berganti baju buat kedua kalinya, berwuduk dan berjalan lagi menuju ke masjid.
Dalam perjalanan menuju ke masjid, dia bertemu seorang lelaki yang memegang lampu. Dia menyapa lalu lelaki itu menjawab ;
"Saya melihat kamu jatuh 2 kali semasa berjalan menuju ke masjid, jadi saya bawakan lampu untuk menerangi jalan kamu."
Lelaki muda itu mengucapkan terima kasih dan mereka berdua berjalan ke masjid.
Saat sampai di masjid, lelaki muda itu mengajak teman barunya yang membawa lampu untuk masuk bersolat subuh bersamanya. Lelaki tadi menolak. Berkali-kali diajak tetapi jawapannya tetap sama.
Lelaki muda itu bertanya, kenapa menolak untuk masuk bersolat. Lelaki pembawa lampu tersebut menjawab:
" Aku adalah Syaitan. "
Lelaki muda itu sungguh terkejut..!
Syaitan menjelaskan;
''Saya melihat kamu berjalan ke masjid dan sayalah yang membuat kamu terjatuh.

Ketika kamu pulang ke rumah, membersihkan badan dan kembali ke masjid, Allah mengampunkan semua dosamu. Saya membuatmu jatuh kedua kalinya, dan itupun tidak membuatmu merubah fikiran tetapi tetap kembali ke masjid.
Kerana itu, Allah mengampunkan dosa seluruh keluargamu.
Saya KHUATIR jika saya membuatmu jatuh ketiga kalinya, mungkin Allah akan mengampunkan dosa seluruh penduduk desamu, jadi saya harus memastikan bahawa kamu tidak terjatuh lagi dan sampai di masjid dengan selamat."
Dan
Ada 5 perkara yang kita semua pasti inginkan serta berusaha untuk mendapatkannya:
1. Wajah yang cantik.
2. Duit berjuta-juta.
3. Sihat dan kuat.
4. Anak-anak yang patuh serta berjaya.
5. Tidur nyenyak tanpa ubat penenang.

Hal itu mudah kita perolehi, hanya perlukan waktu 15 minit saja.
Bagaimana caranya???
1. Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yg tinggalkan solat Subuh maka wajahnya tak akan ada cahaya.
2. Barangsiapa yang tinggalkan solat Zohor nescaya tak ada keberkatan dlm rezekinya.
3. Barangsiapa yang tinggalkan solat Asar nescaya tak ada kekuatan dlm jasadnya.
4. Barangsiapa yang tinggalkan solat Maghrib nescaya tak ada buah atau hasil yg boleh dipetik dari anak2nya.
5. Barangsiapa yg tinggalkan solat Isya' tak ada kenyamanan dlm tidurnya.
Tahu kenapa kalimah 'Laa ilaaha Illallah' tidak sampai menggerakkan bibir jika diucapkan??
Sebab ini adalah rahmat dari Allah swt ke atas orang Islam, supaya jika maut menghampiri dengan mudah ia menyebutkan kalimah itu.
Allahuaklam bishoaf_

Read: Isa Anshori

Batang, Santrionline

Alumni Syam (Suriah) Indonesia (Alsyami) menggelar pertamuan terbatas, Senin (9/1) di Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu, mereka menghadirkan para ulama Suriah yang kebetulan sedang ada di Indonesia usai menghadiri Maulid Nabi di Kanzus Sholawat Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan.

Beberapa persoalan yang dibahas dalam pertemuan tersebut yakni seputar glorifikasi jatuhnya Kota Aleppo dari tangan pemberontak dan penyimpangan yang dilakukan oleh sebuah lembaga bantuan kemanusiaan yang terindikasi disalurkan kepada para milisi dan kombatan di Suriah.

Ketua Alsyami, Ahmad Fathir Hambali menyatakan, penyelewengan semacam ini bukanlah fenomena baru. Karena itu menurut dia, selayaknya para NGO atau LSM sungguh-sungguh melakukan kerja kemanusiaan.

“Sebagai lembaga publik, hendaknya melakukan transparansi atas aliran dana mereka,” ujar Fathir.

Sementara itu Sekjen Alsyami, M. Najih Arromadloni mengajak peserta pertemuan untuk mengampanyekan pentingnya melihat Krisis Suriah dari perspektif kemanusiaan.

Ia mengingatkan bahwa dalam menyikapi tragedi kemanusiaan terbesar abad 21 ini, masyarakat tidak sepatutnya jatuh dalam perdebatan politik tak berujung. Karena di balik kompleksnya konflik kepentingan dan ideologi di Suriah, terdapat jutaan manusia yang menjadi korban.

“Karena itu, mari bersama secara serius dan tepat sasaran menggalang dukungan dan bantuan kemanusiaan untuk rakyat Suriah,” ucap Najih.

Selaku ketua panitia, Anizar Masyhadi menyatakan akan mengawal hasil rumusan yang telah disepakati. Mantan sekretaris Dubes RI untuk Suriah ini mengatakan, di saat banyak foto bendera Suriah yang tidak resmi milik oposisi pemberontak yang mengganti warna merah menjadi hijau beredar, Alsyami perlihatkan kepada dunia bendera Suriah yang sesungguhnya.

“Inilah second track diplomacy Alsyami dalam memerankan kedamaian dan kedaulatan antar negara,” tegas Anizar.

“Suriah adalah negara pertama mengakui kemerdekan Indonesia, Duta Besar Suriah untuk PBB HE. Faris Al-Khoury, yang ketika itu memimpin sidang DK PBB, mendukung sepenuhnya kemerdekaan Indonesia. Peranan itu tidak boleh dilupakan oleh bangsa Indonesia,” imbuhnya.

Hadir dalam pertemuan ini Mufti Agung Ibu Kota Damaskus Syekh Adnan Afyouni, Syekh Riyad Bazo dari dewan fatwa Lebanon dan Syekh Omar Dieb, akademisi dari Universitas Ahmad Kuftaro Damaskus Suriah. (Red: Fathoni)

Jakarta, Santrionline

Ideologi transnasional yang bersifat ekstrim-radikal semakin menguat seiring perkembangan teknologi informasi lewat media sosial sebagai instrumen penyebarannya. Terbukti dengan tindakan intoleransi dan terorisme yang terjadi di beberapa waktu lalu di Indonesia.

Hal tersebut menjadi pembicaraan serius antara Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan Presiden RI Joko Widodo, Rabu (11/1) di Istana Negara Jakarta. Kiai Said dijamu makan siang oleh Jokowi sembari membicarakan kondisi terkini bangsa dan negara. Obrolan berlangsung santai dan penuh keakraban.

Kepada Kiai Said, Jokowi mengemukakan beberapa persoalan terkait radikalisme dan intoleransi yang kerap kali dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan tujuan merapuhkan pondasi kebangsaan yang selama ini telah terjalin kuat.

“Presiden menyampaikan, bagaimana caranya untuk menangkal itu semua. Saya jawab, pertama faktor pemahaman agama yang kurang sempurna, dangkal, dan tidak mendalam” jelas Kiai Said kepada NU Online.

Maka, menurut Doktor lulusan Universitas Ummul Qurra Mekkah ini, langkah jangka panjang dalam sudut pandang pendidikan Islam yaitu dengan meneguhkan pendidikan pesantren. Lewat pemahaman kurikulum Islam ramah dan moderat, hal ini juga bisa diterapkan di sekolah dan madrasah.

“Kurikulum merupakan langkah jangka panjang untuk memahamkan generasi muda akan sejarah dan lahirnya NKRI ini. Juga menegakkan kembali pendidikan Pancasila,” terang Guru Besar Ilmu Tasawuf ini.

Sedangkan langkah jangka pendek, menurutnya, mengisi masjid dan musholla dengan pengajian-pengajian yang menyejukkan. Di sini dibutuhkan peran ulama, kiai maupun ustadz yang mempunyai komitmen terhadap Islam rahmatan lil alamin.

“Pendidikan dan pengajian yang dilakukan oleh kiai-kiai kampung selama ini menyejukkan. Mereka mengajarkan bagaimana hidup rukun, berbuat baik kepada tetangga, perilaku sopan santun dan ramah kepada siapa pun,” urai kiai asal Kempek Cirebon ini.

Kiai Said pun jengah terhadap orang atau kelompok tertentu yang menyampaikan Islam dengan marah-marah dan eksklusif (tertutup) sehingga membuat wajah Islam terkesan kaku dan garang.

Dia juga menyoroti eskalasi radikalisme di media sosial yang semakin meningkat. Bahkan medsos dijadikan alat untuk memfitnah dan menyebarkan berita bohong (hoax). Karena itu, mengampanyekan Islam ramah dan toleran di medsos merupakan langkah mendesak saat ini. (Fathoni)



PONTIANAK, Santrionline – Bagi warga nahdliyyin, pengurus maupun anggota Nahdlatul Ulama (NU), sosok pemimpin organisasi keagamaan ini memiliki posisi yang sangat strategis terutama untuk kemaslahatan umat.

Oleh karena itu, menjelang dilaksanakannya Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Kalbar yang direncanakan digelar di Kabupaten Kayong Utara dalam waktu dekat, warga nahdliyyin dan Badan Otonom (Banom) NU di Kalbar, menyampaikan harapan mereka.

Satu di antara warga nahdliyyin, Faisal, mengatakan Konferwil yang merupakan wadah pemilihan ketua ini, bisa menghasilkan pemimpin sesuai yang diharapkan.

Setidaknya, ia berharap pemimpin NU yang disebut Ketua Tanfidz, orang yang mampu menjaga kerukunan antara umat beragama dan ragam etnis di Kalbar.

Selain itu, menurutnya ketua NU hendaknya bukan dari golongan politisi. Sebab, bila berafiliasi dengan partai politik, maka sangat dimungkinkan rentan dengan kepentingan politik.

“Apalagi saat ini lagi musim politik, dikhawatirkan pemimpin NU kedepan ditunggangi oleh kepentingan politik,” ujarnya di Pontianak, Senin (9/1).

Baginya, ketua NU tidak sekadar paham dengan keorganisasian, tapi juga harus memiliki basik keilmuan agama yang mumpuni.

“Paham dengan ilmu agama. Sebab belakangan ini, paham dan aliran yang dinilai membahayakan bagi keutuhan Indonesia, sudah cukup mengkhawatirkan. Jadi ketua NU itu harus mampu memberikan pemahaman kepada umat,” jelasnya.

Harapan dan kritik yang dilontarkan Faisal, hendaknya dilihat sebagai evaluasi bagi organisasi NU Kalbar agar lebih baik untuk kepengurusan kedepannya.

Suara Banom
Bagi Ketua PW ANSOR Kalbar, Muhammad Nurdin, siapapun yang terpilih menjadi Ketua PW NU Kalbar kedepan, hal terpenting adalah memiliki komitmen untuk membesarkan NU dan mengembangkan kemaslahatan umat.

Ia tidak memandang ketua NU itu mesti dari kalangan tertentu, baik itu ulama, politisi maupun pejabat pemerintah.

“Dari kalangan mana saja boleh, yang penting tidak melanggar AD ART NU. Dan calon ketua itu harus jelas ke-NU-annya, termasuk amaliyah yang ia jalani sehari-hari,” katanya.

“Calon ketua juga harus punya integritas dan loyallitas, serta komitmen menjaga dan mengembangkan jamiyah dan jamaah Nahdlatul Ulama,” tuturnya.

Menurut Ketua PW IPPNU Kalbar, Jalilah Asy’ari, kriteria ketua NU Kalbar yakni mampu mengayomi warga nahdliyyin di segala bidang. “Khususnya bidang dakwah,” ujarnya.

Dikatakannya, untuk menjadi ketua minimal bisa memahami ilmu agama dengan baik, dan mampu membaca kitab.

“Yang lebih pantas untuk menjadi Ketua PW NU Kalbar, menurut saya dari kalangan kiai,” ucapnya.

“Harapan saya untuk Ketua PW NU kedepan ialah bisa memberikan perubahan yang lebih baik lagi, baik itu dalam segi organisasi maupun segi dakwahnya,” kata Jalilah.

Sementara itu, Ketua PKC PMII Kalbar, Rachmatul Fitrah, mengatakan kriteria paling utama dari ketua NU adalah bisa membawa NU Kalbar lebih bermanfaat.

“Keberadaannya sebagai jamiyah diniyah bukan saja oleh orang-orang terdekatnya, bukan saja oleh warga nahdliyin khususnya, tapi oleh seluruh masyarakat Kalbar pada umumnya,” ujar Fitrah.

Ia berpandangan, Ketua NU Kalbar layak dipimpin oleh kalangan kiai atau ustadz. Alasannya, kedua kategori ini dirasa akan lebih fokus bila dipercaya memimpin NU, karena ini organisasi keagamaan.

“Biarlah politisi mengurus politik, pejabat pemerintah mengurus pemerintahan. NU diurus oleh kiai/ustadz, biar fokus. Jangan dicampur-campur, takut gagal fokus. Kalau sudah gagal fokus, jangankan sampai ke tujuan, untuk berada di jalan yang benar saja lupa bagaimana caranya,” terangnya sedikit menyindir.

Mengutip perkataan almarhum KH Sahal Mahfudz, Fitrah menuturkan bahwa jangan sekali-kali warga nahdliyyin itu menumpang hidup dari NU.

“Di NU itu harus menghidupi NU, jangan sekali-kali mencari hidup di NU,” ucapnya.

Ketetapan AD/ART

Menjelang Konferwil NU Kalbar, terdengar sejumlah nama dari berbagai kalangan yang diprediksi akan maju dalam bursa pencalonan ketua. Dari pantauan NUKHATULISTIWA, mereka di antaranya ada dari kalangan kepala daerah, pejabat pemerintah, akademisi, dan juga ustadz.

Terlepas dari siapapun yang ingin maju dengan segala kelebihan yang dimiliki, aturan organisasi adalah pijakan tertinggi untuk dijadikan dasar pelaksanaan Konferwil.

Berkenaan dengan aturan yang mendasari calon ketua, hal ini telah dijelaskan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) NU, hasil Muktamar ke-33, di Jombang, Jawa Timur, tahun 2015.

Pada Bab XIV tentang Pemilihan dan Penetapan Pengurus, Pasal 41 menyebutkan, ketua (wilayah) dipilih secara langsung melalui musyawarah mufakat atau pemungutan suara dalam Konferwil, dengan terlebih dahulu menyampaikan kesediaannya secara lisan atau tertulis dan mendapat persetujuan dari Rais terpilih.

Selain mengatur mekanisme pemilihan ketua, AD/ART juga membahas tentang rangkap jabatan. Berikut pasal yang meyebutkan hal tersebut.

Bab XVI Rangkap Jabatan, Pasal 51.

(1) Jabatan pengurus Harian Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap dengan:

a. Jabatan pengurus harian pada semua tingkat kepengurusan Nahdlatul Ulama;

dan atau

b. Jabatan pengurus harian Lembagadan Badan Otonom; dan atau

c. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik; dan atau

d. Jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berafiliasi kepada Partai Politik;

dan atau

e. Jabatan Pengurus Harian Organisasi Kemasyarakatan yang bertentangan

dengan prinsip-prinsip perjuangan dan tujuan Nahdlatul Ulama.

(2) Jabatan Pengurus Harian Lembaga Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap

dengan Jabatan Pengurus Harian Lembaga lainnya dan Badan Khusus pada

semua tingkat kepengurusan.

(3) Jabatan Ketua Umum Badan Otonom Nahdlatul Ulama tidak dapat dirangkap

dengan:

a. Jabatan pengurus harian pada semua tingkat kepengurusan Badan Otonom

lainnya;

b. Jabatan Pengurus Harian Lembaga dan atau Badan Khusus;

c. Jabatan Pengurus Harian Partai Politik;

d. Jabatan Pengurus Harian Organisasi yang berafiliasi kepada Partai Politik.

(4) Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum Pengurus

Besar; Rais dan Ketua Pengurus Wilayah, Rais dan Ketua Pengurus Cabang

tidak diperkenankan mencalonkan diri atau dicalonkan dalam pemilihan jabatan

politik.

(5) Yang disebut dengan Jabatan Politik dalam Anggaran Rumah Tangga ini adalah

Jabatan Presiden, Wakil Presiden, Menteri, Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati,

Wakil Bupati, Walikota, Wakil Walikota, DPR RI, DPD, DPRD Propinsi dan

DPRD Kabupaten/Kota.

(6) Apabila Rais ‘Aam, Wakil Rais ‘Aam, Ketua Umum, dan Wakil Ketua Umum

Pengurus Besar mencalonkan diri atau dicalonkan, maka yang bersangkutan

harus mengundurkan diri atau diberhentikan.

(7) Apabila Rais dan Ketua Pengurus Wilayah, Rais dan Ketua Pengurus Cabang

mencalonkan diri atau dicalonkan, maka yang bersangkutan harus mengundurkan

diri atau diberhentikan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama.

(8) Ketentuan mengenai rangkap jabatan yang belum diatur, akan diatur lebih lanjut

dalam Peraturan Organisasi . (umar)

Buleleng, Santrionline
Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng Bali terus melakukan konsolidasi di tubuh Satkoryon. Pertemuan intensif ini dilakukan untuk menjaga kekompakan di tengah provokasi di berbagai media sosial akhir-akhir ini.

Hal ini disampaikan oleh Kasatkoryon Banser Banjar Tohari saat menggelar pertemuan dengan anggota, Senin (9/1).

Tohari mengingatkan seluruh anggota Banser untuk tetap waspada terhadap upaya sebagian oknum yang ingin memecah belah bangsa Indonesia. Para penebar fitnah melalui media sosial tidak henti-hentinya menyerang cara pandang keislaman ala NU. Bahkan tak segan-segan mereka menjelek-jelekkan kiai sepuh NU.

“Suasana seperti ini sungguh tak mengenakkan, tapi kita jangan sampai terpancing untuk mengeluarkan kata-kata kasar sebagaimana mereka. Tunjukan kader NU mempunyai akhlak yang baik, lemah lembut sebagaimana yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW,” jelasnya.

Konsolidasi yang dimaksud itu ada dua, yakni konsolidasi internal dan konsolidasi eksternal. Penguatan internal dilakukan dengan cara peningkatan kapasitas, fisik anggota, sekaligus penguatan ideologi Aswaja untuk indoktrinasi kepada anggota Banser.

“Dengan indoktrinasi tersebut, maka anggota akan menjadi teguh dalam pengabdiannya kepada NU dan tak akan mudah terpengaruh terhadap propaganda ideologi lain yang cenderung radikal,” tegasnya.

Sementara untuk konsolidasi eksternal, Banser Kecamatan Banjar ini akan terus melakukan komunikasi dan koordinasi kepada elemen lain yang memiliki semangat yang sama untuk menjaga keamanan dan keharmonisan.

“Hal ini sudah dilakukan langkah-langkah koordinasi dengan Koramil dan Polsek Banjar, serta kepada Pecalang untuk menjaga keamanan bersama mengingat kami berada di kawasan pariwisata Lovina, ikon pariwisata di Bali Utara,” tegas Tohari di hadapan 50-an anggota Banser. (Abraham Iboy/Alhafiz K)

Pacitan, Santrionline

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH As'ad Said Ali hadir dalam Apel Kesetiaan NKRI yang digelar oleh PWNU Jawa Timur di kawasan Pantai Pancer Door Pacitan, Ahad (8/1).

Wakil Ketua Umum PBNU periode 2010-2015 mengatakan bahwa toleransi model barat tidak cocok di terapkan di NKRI. Mengapa demikian, karena toleransi tersebut tidak sejalan dengan sikap toleransi yang dimiliki NU.

"Toleransi model barat mengatakan semuanya bebas. Semua agama bebas. Termasuk menistakan agama orang lain, termasuk juga menghujat Allah. Itu toleransi model barat. Tapi kita beda, kita Pancasila tidak seperti itu. Kita adalah Bhinneka Tunggal Ika," katanya dihadapan 10 ribu kader NU Se-Jawa Timur yang mengikuti Apel

Negara, kata mantan Wakil Kepala BIN itu, harus hadir membikin aturan atau undang-undang yang kuat untuk mengatur rambu-rambu lalu lintas interaksi antar umat beragama, dan antar suku di Indonesia.

"Negara yang namanya Pancasila sekarang ibarat rumah. Setelah 1998, karena liberasi politik, karena tekanan barat, sekali lagi karena tekanan barat, rumah kita menjadi pintunya dibuka. Kurang puas jendelanya dibuka, kurang puas lagi gentengnya dibuka. Maka sekarang kita masuk angin, kena flu," katanya

Oleh karena itu, NU bersama Negara menyatakan siap mengawal toleransi dengan aturan yang disepakati bersama. NU siap membangun visi baru sesuai dengan sikap tasamuh atau toleransi yang dimiliki NU.


Hadir dalam Apel yang mengusung tema Meneguhkan persatuan umat Islam dan nasional itu, Wasekjen PBNU KH Abdul Mun'im DZ, Katib Syuriyah PBNU KH Luqman Harits Dimyathi, Ketua PWNU Jawa Timur KH Hasan Mutawakkil Alallah, Bupati Pacitan Indartato, Komandam Korem (Danrem) 081/Dhirotsaha Jaya Madiun Kolonel Infanteri Piek Budiakto, dan ratusan alim ulama lainya. (Zaenal Faizin/Fathoni)


Jakarta, Santrionline
Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj mengaku prihatin dengan maraknya berita palsu, fitnah, dan provokasi permusuhan khususnya melalui media sosial. Ia mengimbau seluruh pengguna internet untuk berhati-hati dalam menyikapi berbagai informasi yang masuk.

Ia menyinggung soal konflik di Timur Tengah, terutama di Suriah, belakangan ini. Dengan memutarbalikkan fakta, para penyebar berita palsu hendak membawa ketegangan di sana ke Indonesia lewat sentiment aliran agama.

Guru besar ilmu tasawuf UIN Sunan Ampel ini lalu mengutip Surat al-Hujurat ayat 6 yang memerintahkan kaum mukmin untuk memeriksa dengan teliti (tabayun) berita yang datang dari orang fasik.

“Supaya apa? Agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu,” tambahnya meneruskan terjemahan potongan ayat, Senin (2/1), di Jakarta.

Kang Said, demikian ia biasa dipanggil, berpendapat bahwa konflik di Timur Tengah adalah dampak dari masih belum matangnya integrasi antara nasionalisme dan ajaran agama. Di samping pula kepentingan politik dan ekonomi yang menjadi pemicu utama terhadinya krisis di Timur Tengah.

Menurutnya, keharmonisan hubungan antara nasionalisme dan ajaran agama di Indonesia merupakan sesuatu yang harus disyukuri. Karena itu, sudah menjadi kewajiban seluruh warga untuk merawatnya dari rongrongan berbagai pihak yang tak ingin Indonesia utuh. (Mahbib)